Monday, April 22, 2019

Bali United


Sekilas Tentang Bali United




Bali United F.C. (sebelumnya bernama Persisam Putra Samarinda) merupakan sebuah klub Sepak bola Indonesia, yang bermarkas stadion Kpaten I Wayan Dipta, Kabupaten Gianyar, Provins Bali. Klub ini dulunya bernama Persatuan Sepak Bola Indonesia Samarinda (Persisam) yang merupakan eks tim Perserikatan dan Putra Samarinda dari Galatama. Pada 15 Februari 2015, Putra Samarinda diambil alih pengusaha asal Indonesia, Pieter Tanuri, setelah sebelumnya mengalami kesulitan finansial hingga akhirnya berpindah kandang ke Bali dan mengubah namanya menjadi Bali United F.C.

Sejarah Klub

Pendirian dan Tahun-Tahun Awal (1989-2003)
Klub berdiri tahun 1989 dengan nama Putra Samarinda Football Club. Putra Samarinda berlaga di Galatama dan kemudian menjadi Liga Indonesia sejak kompetisi resmi itu bergulir musim 1994/1995. 


 Putra Samarinda mengalami kesulitan finansial sejak mengikuti Liga Galatama dan Perserikatan digabung menjadi satu kompetisi. Pada tahun 2003, Putra Samarinda dan Persisam, Klub perserikatan yang didanai APBD Samarinda dimerger menjadi Persisam Putra Samarinda  dan menggunakan lisensi Putra Samarinda untuk berlaga di Liga Indonesia. Pada tahun 2008/2009, Persisam Putra Samarinda menjadi juara liga  Divisi utama Liga Indonesia 2008-2009 dan dipromosikan ke LSI

Bali United era (2014-)



Untuk menghindari klub dari pailit dan juga meningkatkan daya jual serta prestasi, Putra Samarinda (Pusam) diambil alih pengusaha asal indonesia,  Pieter Tanuri yang kemudian dirubah nama menjadi Bali United F.C. dengan berdiri di bawah badan usaha PT Bali Bintang Sejahtera Dengan demikian, tim yang berjuluk Pesut Mahakam itu pindah dari Stadion Palaran, Samarinda ke Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Bali. Perubahan nama tim yang merupakan salah satu peserta Liga 1 itu setelah menjalin kerja sama dengan salah satu produsen ban, Corsa Motor Cycle Tire (PT Multistrada). Komisaris Utama Pusam, Harbiansyah Hanafiah menerangkan, pihaknya bersedia mengubah nama dan bermarkas di Bali sekaligus menyerahkan kepemilikan Pusam, karena di Pulau Dewata itu belum ada tim sepak bola profesional yang berlaga di Liga 1. Menurut Harbiansyah, langkah mengubah nama dan bekerjasama dengan PT. Multistrada itu untuk menyelamatkan Pusam dari kebangkrutan karena kurangnya dana baik dari sponsor maupun pendapatan tiket.  


Stadion

Bali United menggunakan Stadion Kapten I Wayan Dipta , Gianyar, Bali sebagai kandang mereka setelah kepindahannya dari Samarinda. Sedangkan untuk tempat latihan menggunakan Lapangan Trisakti, Lapangan Banteng dan Lapangan Gelora Samudra.

Prestasi : Runner Up liga 1 Indonesia yahun 2017
                   Runner Up Piala Presiden 2018




Pemain hebat yang pernah bermain di Bali United



·         Ilija Spasojevic
·         Irfan Bachdim
·         Fadhil sausu
·         Wilian Pachecho
·         Stefano Lilipaly
·         Melvin Platje
·         Sylvano Comvalius
·         Nick Van der Velden






Suporter

Bali United mempunyai banyak kelompok suporter, antara lain; 


  • Semeton Dewata (Semesta, S.D bangli, S.D klungkung, Semeton bulldog, Kenwa Negaroa dan sub-sub lainnya) dengan warna kebanggaannya Merah-Putih-Hitam (tridatu), Memilih untuk mendukung dari tribun timur dan beberapa dari tribun barat (sayap dan VIP), ada juga suporter Lady Dewata untuk suporter perempuan.

  • Brigaz Bali yang memilih mendukung dari tribun selatan,
  • North Side Boys 12 yang mendukung dari tribun utara dan Basudewa Curva Sud mendukung dari tribun selatan.

Saturday, April 20, 2019

PSM Makasar


  PSM Makasar


Persatuan Sepak bola Makassar atau lebih populer dengan sebutan PSM Makassar, adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Kota Makasar, Sulawesi Selatan. Tim berjuluk Juku Eja yang juga biasa dijuluki Ayam Jantan dari Timur, merupakan salah satu tim terkuat di pentas sepak bola nasional. Kisah terbentuknya PSM Makassar dimulai pada 2 November 1915 yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepak bola bernama Makassar Voetbal Bond (MVB) yang di kemudian tercatat sebagai embrio PSM. 

Dalam perjalanannya, MVB menampilkan putra-putra pribumi di jajaran elite persepak bolaan Hindia Belanda, seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal dan cukup disegani. Pada masa itu, sekitar 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya dar Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS, sejumlah klub dar Sumatra, Kalimantan, da Bali. Sedang dari luar negeri kesebelasan dari Hongkong dan Australia. Pendek kata, MVB langsung melejit sebagai klub ternama. Sayang pada usianya yang ke-25, kegiatan MVB mulai surut seiring dengan kedatangan pasukan  Jepang d Makasar. Itu karena orang-orang  Belanda yang tergabung dalam MVB ditangkap, sedangkan pemain-pemain pribumi dijadikan Romusa . Sebagiannya lagi dikirim ke Myanmar . MVB praktis lumpuh total, sebagaimana klub-klub sepak bola di Indonesia kala itu. Apalagi Jepang menerapkan aturan segala yang berbau Belanda harus dimusnahkan. Tak terkecuali itu adalah klub sepak bola. Sebaliknya, untuk mencari dukungan penduduk setempat, Jepang membiarkan masyarakat menggunakan nama-nama Indonesia. MVB pun berubah menjadi Persatuan Sepak bola Makassar (PSM Makassar). 


Pada dekade 1950, PSM mulai melakukan ekspansi ke Pulau Jawa untuk menjalin hubungan dengan PSSI. Bintang-bintang PSM pun bermunculan. Salah satunya yang paling fenomenal tentunya adalah Ramang. Bahkan kehebatan Ramang yang menjadi ikon PSM dan tercatat dalam sejarah sepak bola nasional sebagai legenda itu tetap dikenang hingga saat ini. Mungkin itu pula yang membuat tim ini terkadang dijuluki Pasukan Ramang. PSM pertama kali menjadi juara perserikatan pada 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan di partai final yang digelar d Medan. Sejak saat itu PSM menjadi kekuatan baru di jagad sepak bola Indonesia.

Total lima kali gelar juara perserikatan diraih tim yang lebih sering disebut sebagai Juku Eja atau Ikan Merah, julukan yang diberikan berdasar pada warna kostum yang mereka kenakan. PSM meraih juara perserikatan pada tahun 1959, 1965, 1966, dan 1992. Tim ini pernah mencatat prestasi mengesankan dengan menjadi The Dream Team ketika mengumpulkan sejumlah pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso,  Miro Baldo Bento, Kurniawan DwiYulianto , yang dikombinasikan dengan pemain asli Makassar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. Hebatnya, PSM kala itu hanya dua kali menelan kekalahan dari 31 pertandingan yang mereka mainkan.




Total lima kali gelar juara perserikatan diraih tim yang lebih sering disebut sebagai Juku Eja atau Ikan Merah, julukan yang diberikan berdasar pada warna kostum yang mereka kenakan. PSM meraih juara perserikatan pada tahun 1959, 1965, 1966, dan 1992.

Ketika tim-tim Perserikatan digabung dengan tim-tim Galatama menjadi Liga Indonesia sejak tahun 1994, PSM selalu masuk jajaran papan atas hingga sekarang. Setiap musim, PSM selalu diperhitungkan dan menjadi salah satu tim dengan prestasi paling stabil di Liga Indonesia. Meski demikian, baru sekali klub ini menjadi juara yakni pada Liga Indonesia tahun 2000, dan selebihnya empat kali menjadi tim peringkat dua pada Liga Indonesia 1995/1996, 2001, 2003, dan 2004. 


Sementara itu di level internasional, PSM tercatat satu kali berlaga di Piala Winners Asia dan tiga kali mewakili Indonesia di laga Liga Champions Asia. PSM merupakan klub Indonesia yang stabil hingga saat ini. Bahkan PSM Makassar pernah menjadikan Makassar sebagai tuan rumah Perempat Final Liga Champions Asia pada tahun 2000, di mana saat itu untuk pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah Perempat Final LCA yang menghadirkan klub-klub lain dari Asia Timur yakni  jubilo Iwata (Jepang), Shandong Luneng Thaisan (China), dan  Suwon Samsung Bluewings (Korea). 

Salah satu yang menjadi ciri PSM hingga selalu menjadi tim papan atas adalah permainan keras dan cepat yang diperagakan pemainnya, dan dipadu dengan teknik tinggi. Tak hanya itu, pemain PSM juga terkenal tangguh dan tidak cengeng dalam kondisi lapangan apa pun. PSM juga didukung oleh regenerasi yang berkelanjutan dan melahirkan pemain-pemain andalan di tim nasional. Tak hanya itu, kiprah para pemain di lapangan juga didukung oleh deretan pengusaha asal Sulawesi Selatan yang bergantian mengurusi PSM


 PSM Makassar yang juga dijuluki Ayam Jantan Dari Timur memiliki sekitar 24 kelompok suporter, diantaranya adalah The Macz Man, Laskar Ayam Jantan (LAJ), Mappanyuki, Ikatan Suporter Makasar (ISM), Suporter Hasanuddin, Suporter Dealos, Suporter Reformasi, Komando, Suporter Bias, Suporter Kubis, Karebosi, Gunung Lokong, Suporter PKC (Pongtiku, Kalumpang, dan Cumi-cumi, Red Gank (Pattene), KVS, Zaiger, Antang Communitty. 

PSM pernah berprestasi pada kompetisi di Indonesia
·         Juara Liga Domestik Tahun 1956, 1957, 1959, 1964-1965, 1966, 1991-1992, 1999,2000
·         Runner Up liga Domestik tahun 1951, 1961, 1964, 1993, 1995, 2001, 2003-2004
·         Perempat Final Liga Champions Asia 2001


Pemain domestic hebat yang pernah bermain untuk PSM Makasar

Ramang
·         Ronny Patinasarani
·         Rahman Usman
·         Ronny Ririn
·         Yeyen Tumena
·         Bima Sakti
·         Aji Santoso
·         Kurniawan DwiYulianto
·         Miro Baldo Bento
·         Hamka Hamzah
·         Punaryo Astaman


Pemain Asing Hebat yang pernah Bermain di PSM Makasar


·         Abanda Herman ( Kamerun )
·         Steven paulie ( Prancis )
·         Ilija Spasojevic ( Montenegro )
·         Wiljam Pluin ( Belanda )
·         Roman Chmelo ( Slovakia )
·         Cristian Carascao ( Chile )
·         Cristian Gonzales ( Uruguay / Indonesia )
·         Jacksen F Thiago ( Brazil )





PSM Makassar yang merupakan salah satu klub elit di Indonesia dikenal memiliki beberapa kelompok suporter fanatik yang jumlahnya cukup banyak. Terdiri dari sekitar 16 kelompok suporter, diantaranya adalah The Maczman, Red Gank, Laskar Ayam Jantan (LAJ), PSM Fans 1915, Komunitas VIP Utara (KVU), Komunitas VIP Selatan (KVS), Ramang Mania, Mappanyuki, Ikatan Suporter Makasar (ISM), Suporter Hasanuddin, Suporter Dealos, Suporter Reformasi, Komando, Suporter Bias, Suporter Kubis, Karebosi, Gunung Lokong, Suporter PKC, Zaiger, Antang Community. Namun yang besar di media massa dan terkenal sangat fanatik adalah The Macz Man.